دسته‌بندی نشده

Mengapa kasus meningkat padahal Indonesia endemis?  

Mengapa kasus meningkat padahal Indonesia endemis?

Tori Younis Miko, ahli epidemiologi Universitas Indonesia, mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan kasus virus corona selama liburan Natal, selain keramaian hari raya dan pertemuan keluarga.

Meski ada mudik dan silaturahmi, Miko (sapaannya) mengatakan angka penularan pada Lebaran 2023 kemungkinan masih cukup terkendali karena daya tahan tubuh masyarakat masih tergolong kuat. Sementara kekebalan terhadap vaksin terbaru saat ini sedang menurun.

“Saat ini daya tahan tubuh masyarakat Indonesia sedang menurun.” Semua negara di Eropa mengalami peningkatan kasus yang signifikan, dan di Asia, Singapura kppnliwa.org dan Malaysia juga mengalami peningkatan. Artinya, tingkat vaksinasi di negara-negara tersebut rendah dan banyak orang yang tertular virus corona, kata Miko.

Apalagi varian terbaru Covid-19 yakni JN.1 penyebarannya lebih cepat dibandingkan varian EG.2 dan EG.5 yang beredar sebelumnya. Oleh karena itu, JN.1 diperkirakan akan menjadi penyebab sebagian besar peningkatan jumlah infeksi pada bulan Januari.

Miko mengatakan, masyarakat sudah tidak lagi menerapkan protokol kesehatan secara ketat sejak pemerintah mengubah status pandemi menjadi “endemik”. Akibatnya, dia khawatir jumlah infeksi bisa meningkat menjadi 1.000 hingga 2.000 per hari setelah musim liburan.

“Meski pernyataan Presiden untuk mencabut status pandemi itu salah, namun menurut saya pencabutan status itu adalah epidemi di negara kita, dan epidemi kita akan berakhir pada Maret 2023.”

“Bahkan jika wabahnya hilang, bukan berarti penyakitnya hilang. Kami selalu mengingatkan masyarakat: virus corona masih ada.” “Jadi masih ada,” tegas Miko.

Senada, Pande Puthu Januraga, ahli epidemiologi Universitas Udayana, mengatakan infeksi virus corona masih ada di antara kita dan cara penularannya masih sama. Oleh karena itu, masyarakat harus tetap waspada.

“Tingkat infeksi dan kemampuan COVID-19 untuk menimbulkan gejala parah menurun secara signifikan pada tahap awal pandemi, dan meskipun kita telah memasuki masa epidemi, kami tetap berhati-hati terhadap peningkatan jumlah kasus dan tingkat keparahannya. gejalanya. Itu memang perlu,” kata Pande.

Ia mengatakan kehati-hatian harus dilakukan karena semua varian dalam Targeted Variant memiliki sifat berbeda dan dapat memengaruhi tingkat serta keparahan infeksi. “Kami di masyarakat masih banyak yang mengetahui tingkat keparahannya karena EG.2 atau EG.5 merupakan varian utama dan JN.1 baru saja ditambahkan,” ujarnya.

Pande menjelaskan, pandemi adalah wabah global, sedangkan penyakit endemik adalah keadaan sebaran suatu penyakit di suatu masyarakat dimana jumlah kasus yang terdeteksi menunjukkan tanda-tanda stabil.

“Misalnya malaria yang dianggap endemik di Papua karena malaria sudah ada sebelumnya. Kalau di Bali disebut epidemi atau epidemi karena sebelumnya tidak ada. “Kasusnya akan terus ada,” kata Pande. .

Leave a Reply

Your email address will not be published.